Hidup Adalah Perjuangan Versi Islam
Seorang Muslim yang memiliki cara pandang optimistis dan meletakkan perjuangan hidup sebagai bagian dari dinamika hidup yang bergulir, akan melihat bahwa setiap hari hidup akan semakin berisi dan berarti. Ibarat sekuncup teh, hanya akan mengeluarkan sari ketika diseduh dan dimasukkan ke dalam air panas. Demikian pula hidup manusia, terkadang harus masuk dalam panas serta getirnya kehidupan, baru mengeluarkan makna kehidupan yang sesungguhnya.
Kita bisa menarik sedikit proses pembelajaran dari seekor rusa. Ketika seekor anak rusa dilahirkan induknya ke bumi, ia langsung dibanting ke tanah dan mendapati udara dingin, tanah kasar, dan angin kencang. Sungguh suatu keadaan yang belum pernah dirasakan oleh anak rusa ketika berada dalam perut induknya. Anak rusa tetap berharap, sang induk dapat melindunginya ketika ia baru lahir. Namun, tidak demikian dengan keadaannya sekarang, malah sang induk menendangnya hingga berguling-guling ke tanah.
Anak rusa itu merasa kaget bukan main atas tindakan induknya, tetapi belum sempat kekagetan itu hilang, ia sudah ditendang lagi oleh induknya, tendang lagi, dan ditendang lagi. Segera ia sadar bahwa kalau sedikit saja terlambat untuk bangun dan berdiri, sang anak akan segera ditendang induknya. Akhirnya, ia segera bangkit dan berlari menghindari tendangan induknya, berlari dan berlari. Sang induk pun tersenyum bangga melihat anaknya yang baru lahir mampu berdiri dan berlari.
Mungkin pembelajaran yang diberikan sang induk terkesan kasar. Namun, kita bisa mengambil hikmah bahwa binatang buas paling suka menyantap anak rusa yang baru lahir. Itulah sebabnya, induk rusa tidak menginginkan anaknya yang baru lahir, mati sia-sia tanpa perjuangan.
Itulah kehidupan. Ketika saya membaca buku-buku kisah para sahabat Rasul, saya menemukan bahwa kesalehan, kekuatan, karya-karya dan prestasi besar yang bermanfaat bagi umat di muka bumi, dilakukan dengan penuh perjuangan dan kerja keras. Salah satu yang mengesankan hati adalah ketika membaca kisah Abu Hurairah RA., seorang periwayat hadits yang akrab dengan kelaparan.
Tokoh kita ini biasa berpuasa sunah tiga hari setiap tengah bulan hijriah, mengisi malam harinya dengan membaca Al-Qur’an dan shalat tahajud. Akrab dengan kemiskinan, dia sering mengikatkan batu ke perutnya, guna menahan lapar. Dalam sejarah ia dikenal paling banyak meriwayatkan hadits. Dialah Bapak Kucing Kecil (Abu Hurairah), begitu orang mengenalnya.
Abu Hurairah RA. adalah sahabat yang sangat dekat dengan Nabi. Ia dikenal sebagai salah seorang ahli shuffah, yaitu orang-orang papa yang tinggal di pondokan masjid(pondokan ini juga diperuntukkan buat para musafir yang kemalaman). Begitu dekatnya dengan Nabi, sehingga beliau selalu memanggil Abu Hurairah RA. untuk mengumpulkan ahli shuffah jika ada makanan yang hendak dibagikan.
Abu Hurairah RA. adalah salah seorang tokoh kaum fakir miskin. Abu Hurairah RA.sering lapar ketimbang kenyang. Ia sosok yang teguh berpegang pada sunah Nabi. Iakerap menasihati orang agar jangan larut dengan kehidupan dunia dan hawa nafsu.Ia tak membedakan antara kaum kaya dan kaum miskin, petinggi negeri atau rakyat jelata dalam menyampaikan kebenaran. Ia pun selalu bersyukur kepada Allah dalam keadaan susah dan senang.
Di Madinah, ia bekerja serabutan, menjadi buruh kasar bagi siapa pun yang membutuhkan tenaganya. Acap kali dia harus mengikatkan batu ke perutnya guna menahan lapar yang amat sangat. Menurut shahibul hikayat, ia pernah kedapatan berbaring di dekat mimbar masjid. Gara-gara perbuatan aneh itu, orang mengiranya agak kurang waras. Mendengar kasak-kusuk di kalangan sahabat ini, Nabi segera menemuinya. Abu Hurairah RA. bilang, ia tidak gila, hanya lapar. Lalu Nabi pun segera memberinya makanan.
Sejak menikah, Abu Hurairah RA. membagi malamnya atas tiga bagian: untuk membaca Al-Qur’an, untuk tidur dan keluarga, dan untuk mengulang-ulang hadits. Iadan keluarganya meskipun kemudian menjadi orang berada tetap hidup sederhana.Ia suka bersedekah, menjamu tamu, bahkan menyedekahkan rumahnya di Madinahuntuk pembantu-pembantunya.
Di Kota Penuh Cahaya (Al-Madinatul Munawwarah) ini pula, ia mengembuskan napas terakhir pada 57 atau 58 H. (676-678 M.) dalam usia 78 tahun. Meninggalkan warisan yang sangat berharga, yakni hadits-hadits Nabi, bak butiran-butiran ratna mutu manikam, yang jumlahnya 5.374 hadits.
Akhirnya, saya teringat sebuah pepatah tua yang mengatakan, “Ada kemungkinan, setelah Anda berusaha keras Anda tetap tidak berhasil. Tetapi tidaklah mungkin untuk mendapatkan hasil apa pun tanpa pernah mau bekerja keras.” Sikap pantang menyerah mencerminkan karakter kegigihan yang membuat seseorang dapat mencapai segala tujuan yang dicita-citakan. Kesuksesan dapat digambarkan sebagai suatu proses menghadapi setiap permasalahan, bertahan untuk mencapai tujuan, berusaha tanpa mau menyerah, dan akhirnya mencapai tujuan yang diinginkan.
Pada suatu ketika, ada seorang pemuda yang datang menemui orang suci dan berkata, “Guru, saya adalah orang yang cepat marah, tolong doakan agar saya dapat lebih sabar.” Sambil tersenyum, sang guru mengajak anak muda ini untuk berdoa, dalam doanya, orang suci itu bertutur, “Tuhan, berikanlah anak muda ini mulai besok pagi masalah yang sulit, dan juga pada siang hari hal-hal yang lebih sulit lagi, dan pada malam hari juga….” Si anak muda dengan cepat menarik lengan orang suci tersebut dan berkata, “Guru, bukan itu yang saya minta….” Namun, sang guru terus berdoa kepada Tuhan untuk memberikan hal-hal yang sulit bagi anak muda itu.
Setelah selesai dia berkata, “Untuk menjadi sabar, Anda harus diuji oleh hal-hal yang sulit. Tanpa itu semua, niscaya Anda tidak akan menjadi seorang yang sabar.” Intinya, dibutuhkan daya tahan yang tinggi untuk dapat lulus menjadi seorang juara.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
tata tertip berkomentas di blok ini:
Komentar dengan sopan ,utamakan persahabatan